Viral Waria Asal Aceh Menangkan Kontes Transgender, Anggota DPD Aceh Kecewa-Datangi Polda Metro Jaya
Sabtu, 10 Agustus 2024
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Anggota DPD RI asal Aceh, Sudirman Haji Uma menyurati Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto terkait kontes kecantikan yang diduga diikuti peserta transgender di salah satu hotel di wilayah Jakarta Pusat. Kontes kecantikan tersebut viral di media sosial yang menuai kontroversi hingga banyak dikecam warganet atau netizen.
Adapun seorang transgender yang mengenakan selempang bertuliskan Aceh dinobatkan sebagai pemenang. Hal itu membuat Haji Uma melayangkan surat kepada Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto. Menurut Haji Uma, surat dilayangkannya atas aspirasi masyarakat, tokoh ulama hingga tokoh masyarakat Aceh.
"Kedatangan saya hari ini yaitu mengantarkan surat, bawa surat laporan tindak lanjut atas aspirasi masyarakat, tokoh ulama, dan tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Aceh terkait dengan penyelenggara kecantikan yang ada di salah satu hotel di Jakarta," ujarnya, kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Jumat (9/8/2024).
"Bahwa kami minta kepada Polda Metro Jaya dalam hal ini untuk menindaklanjuti peristiwa tersebut di kasus ini," sambung dia.
Haji Uma mengatakan, tokoh masyarakat di Aceh sangat marah melihat kontes kecantikan tersebut, terlebih adanya peserta yang menggunakan selempang bertuliskan Aceh.
"Dan terjadi polemik bahwa yang keterwakilan daripada peserta kontes itu adalah menamakan dirinya dan berselempang Aceh ini yang membuat gaduh," katanya.
"Jadi ini sudah menjadi polemik yang tidak terbendung di Aceh. Jadi semua masyarakat Aceh protes, alim ulama, tokoh masyarakat, tokoh pemerintah karena apa? Selempang Aceh," lanjut Haji Uma.
Ada empat hal dalam surat yang dilayangkan kepada Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto ini.
"Yang pertama, kami pertanyakan selempang Aceh ini yang dipakai peserta kontes itu yaitu kalau tidak salah namanya Ayu Sare," tutur dia.
"Kemudian yang kedua, kami merespons kritikan, aspirasi dari masyarakat alim ulama, tokoh masyarakat di Aceh ini, mohon direspons oleh Polda (Metro Jaya)," sambungnya.
Ketiga, pihaknya mempertanyakan keikutsertaan para peserta dalam kontes kecantikan tersebut atas pendelegasian dari mana? Terakhir, pihaknya memohon atensi kepada Polda Metro Jaya dan jajaran untuk menindaklanjuti surat ini.
"Bukan ujug-ujug, kemudian hadir menamakan dirinya Aceh. Padahal Aceh itu tidak mengenal dengan kontes-kontes waria itu, enggak ada. Kami berlaku syariat Islam di sana," kata Haji Uma.
"Maka semua harus menjunjung kepada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, tentang Undang-Undang Aceh, memberlakukan hukum syariat Islam, dan ini harus dihargai," lanjut dia.
Berikut aspirasi dari tokoh masyarakat hingga ulama di Aceh dalam surat yang dilayangkan untuk Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto:
1. Sehubungan dengan pelaksanaan kontes transgender/transpuan yang dilaksanakan di hotel Orchardz Jakarta Pusat, pada 04 Agustus 2024 yang ikut menampilkan peserta berselempang Aceh sebagai pemenang kontes tersebut;
2. Bahwa pemenang kontes tersebut yang membawa nama Aceh telah menimbulkan kegaduhan dan reaksi dari masyarakat Aceh dengan berbagai asumsi termasuk penghinaan terhadap Aceh dan upaya membenturkan Aceh sebagai provinsi yang memiliki kewenangan khusus menerapkan Syariat Islam;
3. Bahwa dalam hal membawa nama Aceh untuk kegiatan tertentu di luar provinsi Aceh harus melalui proses dan mekanisme yang ditetapkan oleh Pemerintah Aceh yang tidak terlepas dari kearifan lokal dan syariat islam, sehingga keterwakilan peserta untuk kegiatan demikian sudah tentu tidak dibolehkan mewakili Aceh;
4. Dalam hal ini kami mohon kepada saudara Kapolda Metro Jaya untuk melakukan penindakan terhadap dugaan penghinaan tersebut sesuai dangan peraturan Perundang- Undangan dan melakukan pencegahan di kemudian hari melalui perizinan keramaian terhadap kegiatan yang bersifat keikutsertaan peserta mewakili Provinsi Aceh untuk mensyaratkan pelaksana kegiatan melampirkan rekomendasi peserta dari Pemerintah Aceh. (m31)
Waria Asal Aceh Menangkan Kontes Transgender
Kontes kecantikan transgender (waria) yang berlangsung di Hotel Orchardz, Jakarta Pusat, viral di media sosial dan banyak menuai kecaman warganet. Dengan pemenangnya waria asal Aceh, banyak pihak yang menilai acara tersebut tidak memberikan nilai yang mendidik. Selain itu, acara yang diketahui digelar pada Minggu (4/8/2024) tersebut tidak mendapatkan izin resmi.
Pihak hotel pun menjadi sorotan usai dianggap meloloskan acara itu. Ahmad Gandy selaku Director Of Sell Hotel Orchardz mengatakan pihaknya turut menjadi korban dalam kasus tersebut.
"Mereka booking ke OrcHardz itu dengan nama gala dinner," ujarnya, Rabu (7/8/2024).
"Kalau kami tahu acaranya seperti itu pasti kami larang. Tak mungkinlah kami menerima event seperti itu," sambungnya.
Kata Ahmad, pihaknya pun sempat menanyakan kepastian acara yang digelar oleh komunitas tersebut, dan jawabannya hanyalah gala dinner. Mengingat hotel sifatnya terbuka untuk umum (open publik) dan pemesan mengenakan pakaian pria seperti pada umumnya, menurut Ahmad, komunitas tersebut pun mendapatkan pesanannya termasuk kamar hotel.
Saat kejadian, Ahmad mengaku tidak berada di lokasi. Tapi dirinya tetap memantau acara komunitas tersebut melalui anggotanya. Kala itu, kontes belum berlangsung dan ia mendapat informasi hanya sekedar dangdutan.
"Di tengah acara, mereka membuat kontes lucu-lucuan dan itu tak ada hadiahnya. Dan saat saya menginterogasi anggota saya, mereka sudah mengenakan mahkota masing-masing sejak awal," tuturnya.
Masalah pun muncul usai kontestan kecantikan berlangsung dan terekam video sehingga viral. Hal tersebut semakin ruwet saat pemenang kontes kecantikan berasal dari Aceh. Usai viral, pihak hotel serta peserta pun dipanggil pihak berwajib dan menjalani BAP.
"Kami sebagai pihak hotel benar-benar dirugikan," kata Ahmad.
Sementara itu, komunitas tersebut ia anggap tidak memikirkan efek domino usai nekat menggelar kontes kecantikan.
Ia pun geram.
Saat ini, dirinya telah menghadiri sejumlah panggilan dari kepolisian maupun dari pemerintahan terkait hal tersebut. Terbaru, mereka harus menghadiri panggilan dari Satpol PP. Ahmad memikirkan reputasi hotel yang kini tercoreng oleh ulah komunitas yang tidak terbuka sejak awal soal event.
"Kami pun korban," katanya.
Ahmad menegaskan, Hotel Orchardz sama sekali tidak mensupport acara tersebut. Komunitas tersebut sama sekali tidak memberikan informasi akan adanya kontes kecantikan.
"Yang jadi masalah, mereka membuat kontes acara di dalam acara gala dinner waktu itu tanpa laporan ke kami," ujarnya.
Parahnya lagi, saat acara tersebut pegawai hotel dilarang masuk ke acara. Petugas hanya bisa masuk di awal saat acara masih berlangsung normal.
Setelahnya, peserta yang masuk hanya dari komunitas tersebut dengan tanda pengenal berupa gelang.
Petugas pun terkelabui.
Ahmad mengakui pihaknya turut kecolongan.
"Kalau kami tahu, siapa sih yang mau beri izin? Ini kan nama baik hotel," katanya.
Merasa sangat dirugikan, menurut Ahmad, pihaknya mulai mempelajari delik yang tepat untuk diadukan. Namun, sebelum itu pihaknya memilih fokus pada penyelamatan dan pemulihan nama baik hotel.
Sumber: tribunnews